Seorang ulama besar tabi'in, Al-Imam Maimun bin Mihran rahimahullah (wafat 117 H / 735 M) berkata :
من أساء سرا فليتب سرا، ومن أساء علانية فليتب علانية، فإن الناس يُعيرون ولا يغفرون، والله يغفر ولا يُعير.
“Barangsiapa yg melakukan keburukan secara tersembunyi maka hendaklah dia bertaubat secara tersembunyi pula, dan siapa yg melakukan keburukan secara terang²an maka hendaklah dia bertaubat secara terang²an pula. Karena sesungguhnya, manusia suka mencela dan berat untuk memaafkan, sedangkan Allah subhanahu wa ta'ala suka mengampuni dan tidak suka mencela.” Termaktub dalam kitab Siyar A’lamin Nubala’, jilid 5 hlm. 45, karya Al-Imam Al-Hafidh Al-Muarrikh Al-Islam Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz bin Abdullah At-Turkmani Al-Fariqi Asy-Syafi'i Ad-Dimasyqi atau Imam Adz-Dzahabi rahimahullah (5 Oktober 1274 M - 3 Februari 1348 M di Damaskus, Suriah)
Kesadaran jiwa adalah pangkal pertama bagi bangunan taubat. Dialah yg akan mendorong hati untuk menyesal, kemudian bertekad untuk meninggalkan dosa itu, lidahnya beristihgfar, kemudian tubuhnya mencegah dari melakukan dosa itu.Hakikat tobat adalah perbuatan akal, hati dan tubuh sekaligus. Dimulai dgn perbuatan akal, diikuti oleh perbuatan hati, dan menghasilkan perbuatan tubuh. Oleh karena itu, Imam Abu Sa'id Al-Hasan ibn Abil Hasan Yasar Al-Bashri atau Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah (wafat 15 Oktober 728 M, Basrah, Irak) berkata : "ia adalah penyesalan dgn hati, istighfar dgn lisan, meninggalkan perbuatan dosa dgn tubuh, dan berjanji untuk tidak akan mengerjakan perbuatan dosa itu lagi.
Posting Komentar
Posting Komentar